Antara Bokong Reza Rahadian dan Krisis Perempuan Paruh Baya

Standar

Bukan karena ingin melihat Reza Rahadian masturbasilah makanya untuk kedua kalinya saya nonton Something in The Way yang diputar di Radiant Cinema, Tangerang Selatan. Yah, walaupun, melihat Reza beraksi “solo” bukan sesuatu yang membosankan juga! Reza sangat piawai memerankan tokoh Ahmad, supir taksi yang rajin sholat namun kesengsem dengan Kinan alias Santi pelacur jalanan.

20134178_2_IMG_FIX_700x700

sumber foto: http://itcaughtmyeyes.com

Saya bukan cuma memuji akting “seksual” Reza yang wow; mulai dari akting masturbasi yang sangat menjiwai dan juga ekspresi kenikmatan pada wajahnya saat pertama kali orgasme dengan berhubungan badan tetapi juga badannya yang terpahat bagus. Kalau diibaratkan patung, Reza adalah masterpiece dari sang pemahat–body-nya bagus bener, hehehe!

Saya bukan Reza addict, tapi suka dengan aktingnya sejak dia main jadi karakter yang menyebalkan dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Kemudian ada 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta dan Habibie & Ainun. Film-filmnya yang sekarang ini saya kurang begitu sreg.

Anyway, sebenarnya kemarin saya cuma mau nonton About a Woman. Tapi karena diputarnya jam 7 dan saya datang kecepatan takut kehabisan tiket, jadilah untuk menunggu saya nimbrung lagi nonton Something In The Way yang dilanjut dengan About a Woman.

Sejujurnya sih agak sedikit drop, ibarat makan, sudah kenyang dengan suguhan Something In The Way, harus ngunyah About a Woman yang so-so. Saya nggak bilang kalau About a Woman nggak bagus. Tapi, kalau dibandingkan dengan Something In The Way ataupun Lovely Man, masih lebih bagus kedua film sebelumnya.

About a Woman bercerita tentang perempuan 65 tahun yang hidup sendiri di rumahnya. Rutinitasnya itu-itu saja, makan, olahraga, nonton film dan merangkai puzzle. Ketika pembantu perempuannya berhenti, dia kedatangan keponakan dari menantunya yang disuruh sang mantu untuk melihat mertuanya.

Di sinilah konflik cerita muncul, ketika kedua manusia terpaut usia jauh ini menemukan gejolak seksual pada masing-masing. Mereka mulai bereskperimen dengan rasa dan fisik mencari makna, apakah ini hanya perasaan sesaat, dorongan biologis atau hanya naluri kesepian?

Seperti biasa, film-filmnya Teddy Soeriaatmadja selalu punya ending sedih. Inti film ini sih, kesedihan bisa membunuhmu pelan-pelan. Baik secara konotasi maupun denotasi….

118125-film-festival

Tinggalkan komentar